Rabu, 05 Juni 2019

Tidak Menjadi Hamba Ramadhan


Syahdan, sejak seribu tahun yang lalu para ulama sering mengingatkan ummat di Bulan Syawal dengan ucapan :
كُن ربّـانيّن ولآتكن رماضانيّن
Yang artinya : Jadilah hamba Allah, dan Janganlah menjadi hamba Ramadhan)

Saat pertama membaca peringatan ini mungkin kita akan sedikit bingung. Manalah ada orang di dunia ini menjadi hamba bulan Ramadhan. Apalagi sampai-sampai menyembah bulan Ramadhan dan menganggapnya sebagai Tuhan.

Akan tetapi kalau diperhatikan fenomena yang terjadi satu bulan setelahnya, atau bulan syawal, barulah kita paham apa maksud kalimat para ulama tersebut. Masjid yang bulan lalu ramai untuk shalat lima waktu, kini kembali mulai berangsur sepi. Sebagian wanita yang pada bulan lalu mampu menjaga auratnya, kini kembali berpakaian terbuka.

Dus, apabila kita menginstropeksi diri masing-masing, semakin khawatirlah kita akan kebenaran kalimat di atas. Shalat malam yang bulan lalu terasa ringan dikerjakan, kini kembali terasa berat. Pun begitu dengan shalat sunnah rawathib yang bulan lalu rutin kita kerjakan, kini kembali abai untuk dilakukan. Kemudian mungkin pada bulan lalu, bibir ini mudah membaca Qur’an bahkan hingga 1 juz perharinya. Kini kembali bibir ini kering seharian dari bacaan ayat Allah, dengan dalih sibuk.

Jika memang fenomena itu terjadi dalam diri kita, maka pertanyaan besar patut muncul dalam hati ini : Bulan lalu kita beribadah karena Allah, atau karena Bulan Ramadhan? Apakah kita beribadah untuk Allah, atau untuk Bulan Ramadhan?

Jika kita menjawab bahwa ibadah kita karena dan untuk Allah, maka pertanyaan lain akan datang menyergap :
  • Bukankah Allah yang kita sembah pada bulan Ramadhan lalu sama dengan Allah yang kita sembah pada bulan Syawal ini.
  • Bukankah Allah yang kita takuti untuk berbuat maksiat pada bulan Ramadhan lalu sama dengan Allah yang harus kita takuti pada bulan Syawal ini.

Lantas, mengapa kita meninggalkan ibadah-ibadah kita dan kembali berbuat maksiat pada bulan syawal ini?
.
Teman, marilah kita kembali menempatkan Ramadhan kembali pada posisinya sebagai Syahrut Tarbiyah, atau Bulan Latihan (Pendidikan), sedangkan 11 bulan selanjutnya adalah waktu untuk mengimplementasikan hasil latihan tersebut. Seyogyanyalah, seorang atlit mengeluarkan semua hasil latihannya di sebuah pertandingan sesungguhnya.
Begitu pula dengan diri kita yang harus berusaha menjaga amal-amal yang sukses kita lakukan pada bulan Ramadhan lalu, agar bisa tetap kita lakukan pada bulan-bulan selanjutnya.
.
Akhirul kalam
Taqabbalallahu Minna wa Minkum, Taqabbal ya Kariim
Mohon maaf lahir batin, dari Syahirul Alim R dan Keluarga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar