Pada tahun 2015, saya menonton
pertandingan ABU Robocon, sebuah ajang kontes robot se-Asia Pacific. Sebagai
mahasiswa baru yang tergila-gila akan robotic dan berhasrat masuk ke tim robot
UGM, saya dan teman-teman saya sepakat Nobar kontes tersebut di TVRI.
Hal yang paling membuat saya
bingung adalah tim Jepang kalah di babak-babak awal. Sedangkan Indonesia masuk
ke babak semifinal, dan yang menjadi juara adalah tim Vietnam.
Sungguh ini menjadi pertanyaan
besar buat saya yang menganggap bahwa Jepang adalah salah satu pusat
pengembangan robot dunia. Bagaimana sebenarnya perkembangan robotika di Jepang?
Beberapa waktu yang lampau, saya
berkesempatan menyambangi Jepang dan melihat aktifitas riset disana. Meski
hanya sebentar, namun saya sangat mensyukuri karena dapat melihat langsung dan
bertanya sana sini mengenai dunia robotika di Jepang. Dan itu menjadi salah
satu kebahagiaan terbesar saya dalam perjalanan ini.
Hal pertama yang membuat saya
kagum adalah riset-riset robotika yang mencakup segala bidang dan totalitas. Di
Tohoku University saja, saya mencatat terdapat 9 laboratorium mengenai robotika
(mohon koreksi jika saya salah). Kebetulan saya hanya menyambangi tiga
diantaranya, yaitu passive robotics, active robotics, dan aerospace robotics.
Sementara laboratorium lainnya ada yang khusus medicine robotics, disaster
robotics, dll. Hal yang saya garisbawahi adalah ke-spesifikan laboratorium robotics
mereka. Dimana setiap laboratorium sangat produktif menghasilkan karya-karya
teknologi dan jurnal-jurnal internasional.
Hal kedua yang membuat saya kagum
adalah ke-tepat gunaan riset-riset robot mereka, dan ketersambungannya dengan
dunia industri. Mungkin dahulu pemikiran saya mengenai aplikasi robot masih
sangat sempit, bahkan setelah masuk Teknik Mesin UGM dan masuk tim robot UGM,
pengertian robot dalam otak saya masih sangat sempit. Mungkin karena apa yang
saya lihat di sini kebanyakan adalah robot-robot untuk perlombaan yang saya
kurang paham aplikasinya di masyarakat saat ini. Namun di Tohoku University
saya benar-benar ternganga bahwa robot yang mereka riset benar-benar dapat
diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari kita. Misalnya saja dalam passive
robot, ada beberapa riset yang sangat membantu untuk penyandang disabilitas
ataupun orang tua.
Selain ke-tepat gunaan dari
riset-riset robotika di negeri Jepang, saya juga kagum dengan kesinambungan
antara riset yang mereka lakukan dengan dunia industri. Hal ini berjalan dua
arah, ada banyak riset yang kemudian disetujui untuk diproduksi massal oleh
industri, dan ada pula riset yang ternyata memang dipesan oleh industri untuk
di riset di universitas. Misalnya saja yang terbaru (berdasarkan teman saya
Rendy yang sedang nge-lab di laboratorium Kosuge, bidang active robotics)
laboratorium active robotics baru merampungkan pesanan dari situs jual beli
AMAZON, untuk membuat lengan robot yang
langsung dapat mengambil barang ketika pesanan online datang. Tentu saja hal
ini adalah bagian yang masih belum terlihat di Indonesia.
Riset-riset skala internasional.
Pada saat mendengarkan lecture dari Prof Yoshida, laboratorium Aerospace
Robotics, saya akhirnya mendengar kalau mereka sedang mengikuti sebuah
kompetisi. Namun saya hanya bisa geleng-geleng kepala saat mendengar jenis
kompetisi yang mereka ikuti. Mereka sedang mengikuti kompetisi GOOGLE, untuk
membuat robot yang mampu berjalan 500 m di bulan. Sebuah kompetisi yang sangat bermanfaat menurut saya. Wow, masih butuh jalan yang
panjang untuk tim robot UGM mengikuti kompetisi semacam ini.
Saya sadar bahwa mereka mampu
melakukan itu karena dana riset yang melimpah. Namun terkadang beberapa robot
di dalam kompetisi robot Indonesia juga menghabiskan dana yang tidak sedikit.
Misalnya saja ada satu robot yang bahkan menghabiskan dana lebih dari 50 juta.
Jadi, melakukan riset-riset robotic yang tepat guna menurut saya bukanlah sesuatu
yang mustahil untuk Indonesia.
Kemudian bagi teman-teman yang
memang ingin berkarya di dunia robotic, lalu ditanya orang tua memangnya dunia
robotic bisa apa, Maka jawabannya dunia robotik sangat luas.... Dan saya yakin
akan ramalan bahwa kelak setiap sendi kehidupan kita tidak lepas dari namanya
robotik dan sistem automasi. Bahkan jangan menunggu kata “kelak”, saat ini
kitapun sudah dapat merasakannya di sekitar kita, dimanapun, dan kapanpun.
(Kalau ada penyampaian yang salah
saya mohon maaf, karena saya hanya beberapa waktu saja di Tohoku University,
sehingga tidak bisa mencatat detail) :)